Senin, 04 Oktober 2010

My First Love (4)


Tok, tok... suara ketukan pintu yang diketuk oleh Winda. Seseorang tampak berjalan dan membuka pintu.
“hi, Winda ya?” sapa seorang anak cewek yang sebaya ama dia.
“iya, kamu siapa ya?” winda.
“aku Inez, aku bakalan tinggal disini beberapa waktu!” kata Inez sambil liatin winda.
“oh!” Winda cuek.
“winda...” panggil Inez.
“apa?”
“mulai besok juga gue bakalan sekolah bareng sama kamu!” kata Inez dengan semangat.
Winda Cuma terdiam sejenak dan kembali naik kekamarnya. Dikamarnya dia hanya berfikir apa yang bakalan terjadi kalo dia masuk bareng Winda. Anaknya cantik, rambutnya panjang sampe pinggang. Sedangkan dia? Rambut ukurang tanggung dengan poni dibawa kedepan. Beda banget sama penampilan Winda. Waltu pun berlalu dengan cepatnya. Pagi pun datang dan winda siap-siap buat sekolah.
“ma, Winda berangkat ya....” kata Winda sambil tersenyum.
“tante saya juga pergi ya....” kata Inez yang tepat berada di belakang Winda.
Dijalan Winda Cuma bengong. Sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk berbicara dengan Inez.
“Inez, kamu dari mana sih?” Tanya Winda.
“aku... ak.. aku dari Bandung Win.” Kata Inez tergugup-gugup.
“oh, kamu sekelas ma aku juga?” Winda.
“iya, kenapa?” Inez.
“ga kenapa-kenapa ko...” winda.
Bebrapa menit kemudian Winda telah sampai di sekolahnya. Banyak murid yang sudah datang di waktu itu. Dan terlihat seseorang yang memegang stick drum memakai sepatu DC dan tinggi. Raka! Batin Winda merasa begitu aneh ketika melihat Raka. Winda mungkin suka pada Raka. Winda pun turun dari mobilnya. Semua anak-anak Phoenix pada liatin winda. Tapi bukannya liatin Winda mereka liatin Inez, yang mengikuti Winda dari belakang karena Inez ga tau jalan menuju ke kelasnya. Inez begitu cantik dengan dandanan yang super cute. Beda banget sama winda. Ga pernah mikirin soal penampilan. Mereka berdua menyusuri jalan dan tangga sampai akhirnya sampai di kelas 8A. Ga berhenti-hentinya anak-anak liatin Inez. Winda jadi kesel sendiri. Hal yang menyedihkan sudah terjadi padanya sejak dia bersama dengan Inez. Perlu sesuatu agar winda ga kalah ma Inez. Dandan yang luar biasa.
“Winda aku duduk dimana?” Tanya Inez.
“ga tau, cari bangku aja sendiri...” jawab Winda.
Seseorang lewat di depan kelas 8A. Raka! Perlahan dia membuka pintu dan berkata, “ Winda nanti kamu extra?” Tanya Raka.
“iya, kenapa?” Winda.
“hmmm ga papa. Cuma mau Tanya doang. Tu anak baru ya?” kata Raka.
“kenalin aku Inez. Aku temennya winda. Aku tinggal bareng sama dia.” Inez.
“ohh.. lam kenal ya. Aku Raka!” kata Raka sambil tersenyum.
Raka pun pergi.    
“Winda, dia kelas berapa sih?” Tanya Inez.
“tau! Tanya aja orangnya sendiri.” Jawab Winda ketus.
“Winda...” Inez.
“gue mau ke kelas sebelah.” Winda.
Winda pun meninggalkan Inez sendirian di kelas. Setelah pergi Raka datang ke kelas untuk menemui winda. Tapi tidak ada Winda di sana.
“eh Inez. Liat Winda ga?” Tanya Raka.
“ga, kenapa ya?” Inez.
“ga kenapa-kenapa. Maunya gue ajak dia jalan. Dianya ga ada...” kata Raka sambil nyengir.
“Winda belakangan ini sibuk. Dia pasti ga bisa deh. Gue boleh pergi sama loe?” Inez.
“hmmm maunya sih gue ngajak winda, tapi ga papa deh! Nanti ya jam 7 aku jemput.” Raka.
“ok!” Inez.
Winda melihat Raka yang baru keluar dari kelasnya. Dia hanya tidak habis piker, pertama kali Inez masuk dah langsung bikin Raka suka. Winda pun ke kelasnya.
“win, tau ga?” kata Inez.
“apa?” jawabnya pendek.
“gue nanti jalan ma Raka.” Kata Inez dengan penuh semangat.
Winda terdiam sejenak.
“oh.” Katanya datar.
Lengkaplah sudah Winda menjadi anak baru yang ga bisa dapetin Raka. Cowok yang dia suka. Sejak ada Inez dia kurang dapet perhatian ama temennya kalo pelajaran di mulai. Semua berlalu begitu hampa bagi Winda. Makan siang, pelajaran, semuanya.   
***
“sial tu Wimda! Apa sih tu anak! Raka! Gue suka ma loe! Kenapa loe ga ngajak gue aja?!” katanya.
Jam 7. Sebuah mobil berhenti di depan rumah Winda.
“tu pasti Raka!” teriak Winda.
Ting tong! Terdengar suara bel pintu depan rumah.
“bentar!” Winda.
Pintu pun di buka oleh Winda. Ternyata tebakan Winda tidak meleset. Raka..
“Winda?” Tanya Raka.
“ya, kenapa?” jawab Winda malas.
“loe sibuk apa sih?” Tanya Raka lagi kepada Winda yang terlihat sangat sedih.
“Raka!” Inez.
“eh Inez.” Raka.
“Winda jaga rumah ya... bye Winda!” Inez.
“gue tau!” Winda.
“bye Winda.....” Inez
Inez pun pergi meninggalkan Winda sendirian di rumah.
“sialan! Kenapa sih tu cewek?! Gara-gara dia berantakan semuanya! I hate ya! Semua hancur gara-gara loe! Gue suka ma Raka! Tapi ko loe yang diajak ngedate ma Raka! Awas loe ya!” marah Winda.
Setelah beberapa saat terdengar suara mama memanggil winda. Winda pun menghampiri mamanya.
“Winda mama minta tolong ma kamu tolong kamu ke mal beliin mama kue cokelat. Ok?” suruh mama ke winda.
“kue cokelat? Buat apa ma?” Tanya Winda pada mamanya.
“ada deh! Nanti liat aja deh!” Mama.
“ya deh...” Winda.
Winda pun pergi ke mal.
***
Sesampainya di mal.
“waduh, tu baju lucu banget! Gue mau... andai ada yang beliin itu buat gue..! haaa senengnya!” kata Winda sambil memandangi sebuah blouse yang emang bagus banget warnanya. Merah marun.
Winda pun mulai menelusuri mal untuk membeli kue cokelat yang di suruh mama. Setelah cukup lama berjalan dia lupa sesuatu.
“ya ampun! Mama aneh deh! Beli kue yang bagus kan di took kue ya?! Kenapa mal sih? Aneh.” Sesaat hp Winda berbunyi.
Winda, kamu jangan beli di took kue ya! Beli di mal aja. Ok?
“Mama? Ko aneh ya? Ada apaan sih?! Brrr....” keluh winda. Sesaat hpnya berbunyi lagi.
Nanti kalo liat cowok pake jaket item di sebelah toko kue itu kamu kasi ke dia ya... jangan bikin dia marah. Inget lho Winda!
“smsnya mama dari tadi aneh mulu! Kenapa sih? Cowok itu siapa lagi! Aaaaaaaa....” Winda.
Winda pergi ke tempat kie satu-satunya yang ada di mal itu.
“nah ini dia yang gue cari-cari dari tadi! Kue cokelat, i’m coming!” Winda.
Winda pum melihat lihat kue yang ada di depannya. Begitu banyak kue cokelat. Sampai-sampai dia bingung mau memilih yang mana.
“yang itu ah, ga! Ga yang itu! Yang itu... arghhh yang mana ya? Nah itu dia! Kue cokelat yang sempurna! Mba aku yang itu ya!” Winda.
“ni mba, harganya dua ratus enam puluh lima..” kata penjual kue cokelat itu.
“oke, ni mba..” Winda memberikan uangnya. Setelah itu dia keluar untuk melihat cowok yang di bilang mama itu.
“pake jaket item? Mana sih?!” bentak Winda.
“gue disini...” seseorang menjawab bentakan Winda.
“loe yang di bilang mama gue ya?” Tanya Winda sambil memandangi cowok itu.
“iya, kenalin nama gue Yudha!” dia menjawab sambil mengulurkan tangannya.
Winda membalasnya dan berkata, “loe siapa sih?!”.
“aku anaknya temen mama kamu.. Anggi.” Yudha.
“oh, tante Anggi! Anaknya kamu?” Winda.
“iya, Wind kan? Tante Rani banyak cerita soal kamu!” Yudha berbica lebih akrab.
“oh, nih kue cokelatnya! Susah nih gue carinya! Ambil!” Winda memberikan kuenya.
“apaan nih?!” Yudha membentak sambil mandangin mukanya Winda.
“udah gue bilang kue cokelat! Ambil!” bentak Winda balik.
“dasar cewek jutek!” Yudha.
“apaan loe! Loe tu cowok angkuh!” Winda.
“ah banyak omong loe cewek jutek! Sini!” ajak Yudha.
“sini apaan sih?! Jangan tarik tangan gue! Sakit tau! Eeeeh kamu ni ya!” Winda berusaha melepaskan tangannya.
“gue yang anter loe pulang! Mama gue pasti dah nunggu! Ayo!” Yudha.
“apa?!” Winda.
“jangan banyak omong ayo!” Yudha.
Winda ga berkata-kata lagi. Dia ga bisa nolah ajakan Yudha. Yudha manis banget. Orangnya tinggi, bibirnya merah, imut. Sempurna bagi Winda. Dan rasanya WInda dan kenal dengan muka yang ga asing lagi itu, tapi dia ga inget sama sekali. Ga kalah deh ma Raka. Di tengah perjalanan dia ngeliat Inez.
“Raka...” Winda.
“apa? Raka siapa?” Yudha kebingungan tapi dengan tampang serius.
“bukan siapa-siapa.” Jawab winda sedih.
“dia gebetan loe?” Tanya Yudha.
“bukan, dia bukan siapa-siapa gue.” Winda.
“ngaku deh ma gue. Gue kenal sama loe!” Yudha begitu serius.
“apa? Loe dah kenal gue?” Winda.
“ahhh ga! Gue salah ngomong tadi! Udahlah ayo pulang!” Yudha.
Winda Cuma diem. Perasaan gue kenal ma dia. Dia siapa ya? Yudha, Yudha. Aaahhh... Winda mencoba mengingat- ingat siapa Yudha. Tak terasa dia dah sampe di mobilnya Yudha.
“rasanya gue pernah naik mobil ini deh!” kata Winda.
“oh ya?” Tanya Yudha.
“iya, gue pernah deh rasanya!” winda.
“perasaan loe aja kali!” Yudha.
“iya kali ya! Gue aja baru kenal sama loe!” Winda.
“iya! Dan loe tu cewek nyebelin yang gue kenal!” Yudha.
“sialan! Emang loe ga nyebelin apa?!” winda.
“ga, loe tuh yang nyebelin!” Yudha.
“loe tuh!” Winda memukul lengan Yudha.
“eh mukul-mukul loe ya! Dasar ga berubah!” Yudha.
“ha? Maksud loe apa?” Winda bingung dengan perkataan Yudha.
“ga, lupain aja!” Yudha.
‘aneh! Tadi dia bilang gue dah kenal loe, terus tadi dia bilang loe ga berubah! Ih siapa sih yudha? Ko gue ga inget sama sekali ya?!’ kata Winda dalam hati yang mengubek-ubek memorinya untuk menginagat siapa Yudha.
“Yudha loe siapa sih? Loe dah kenal gue ya?” Tanya Winda penasaran.
“gue anaknya Anggi, gue dah kenal loe! Tadi di depan toko kue! Ya kan?!” jawab Yudha santai.
“dasar cowok nyebelin!” Winda.
“loh! Tadi loe kan nanya. Loe siapa sih! Ya tu emang bener jawabannya! Loe tu yang nyebelin! Aneh lagi!” Yudha.
“loe tuh! Cowok yang teraneh yang gue temui di dunia ini!” Winda.
“tapi imut kan?! Ga usah boong deh!” Yudha.
“ha? Apa? G..ga..! siapa bilang! Oramg gila tu yang bilang loe imut!” kata Winda sambil celingukan. Emang sih dia nyebelin tapi ngegemesin.!
‘ampun deh! Hari ini ko aneh banget ya?! Siapa kira bisa jadi kaya gini! Haaaaaaa! Apa guenya yang udah gila?! Ga lah! Gue masih waras! Ish! Jangan sampe dah!’ kata Winda dalam hati.
“nah udah nyampe cewek jelek!” kata Yudha.
“gue dibilangin cewek jelek! Loe tuh cowok jelek! Berhenti deh panggilin gue aneh gitu! Gue ga suka!” Winda.
“dasar cewek aneh!” Yudha.
“ihhhhh YUDHA......!!!!!!!!!!!!!” marah Winda. Belum pernah dia di ejekin abis abisan kaya gitu.
“apa sih pangil-panggil? Ngefans ma gue?” Yudha nyengir.
“ih gila! Ngapain gue ngefans sama loe! Cowok aneh!” Winda.
Tiba-tiba mama datang.
“kalian dah nyampe... selamat dateng Yudha... lama ga ketemu!” kata mama sambil memeluk Yudha.
“mama apa sih isi meluk-meluk segala?” Winda kesal.
“kenapa? Ga boleh? Emang kamu belum peluk dia ya?” Mama.
“mama apaan sih? Ga lah! Ngapain aku meluk cowok aneh kaya dia! Ih!” Winda.
“hus! Kamu ga boleh bilang gitu ke Yudha!” mama bentak WInda.
“emang kenapa ma?!” balas Winda.
“udah tante ga papa! Aku juga kangen ma tante.” Kata Yudha lembut.
“eh cowok angkuh bisa juga ngomong lembut! Ga nyangka gue...!” Winda.
“Winda!” teriak mama.
“ga papa tante, biarin aja...” kata Yudha dengan manis.
“apaan loe?! Sok deh! Ih!” Winda.
Tante Anggi tiba-tiba datang.
“Winda! Winda dah gede ya?!” Tante Anggi.
“ya Tante...” Winda.
“kamu main dulu ma Yudha ya Winda! Mama ama tante Anggi mau pergi jalan-jalan! Ok... bye sayang...” Mama.
“tapi ma...” belum selesai Winda mengatakan kalimatnya.
“ga ada tapi-tapian! Kamu sama Yudha ya!” mama.
“ok tante! Bye....” Yudha.
Mama dan tante Anggi pun pergi.
“loe tadi apa-apaan sih?!” Winda.
“gue tu kasian ma mama gue! Emang gue mau apa sama loe! Ih dasar cewek aneh!” Yudha membalas Winda.
“loe tu yang cowok aneh!” Winda.
Yudha pun pergi ke mobilnya.
“mau kemana loe?” Tanya Winda.
“mau pergi!” jawabnya tegas.
“gue?!” winda.
“kan loe tadi bilang ga mau sama gue! Gimana sih!” Yudha.
“mmm ya deh gue pergi sama loe! Tapi awas ya loe ya!” Winda.
“siapa coba yang mau apa-apain cewek aneh kaya loe ini! Sarap!” Yudha.
“apa? Dasar...” Winda tidak menyelesaikan kalimatnya.
“apa ha? Mau ngomong apa lagi loe?” Yudha.
“ga!” Winda.
“sini cepet! Nanti keburu kemaleman lho!” ajak Yudha.
“emang kita mau kemana sih?” Tanya Winda.
“mau ikut ga? Kalo ga ya udah!” tegas Yudha.
“ya deh!” pasrah Winda.
Mereka berdua pun pergi. Winda memulai pembicaraannya.
“loe kelas berapa Yud?” Tanya Winda.
“8.” Jawabnya cuek.
“loe sekolah dimana?” Winda.
“kebanyakan loe nanyanya!” Yudha.
“pelit!” Winda.
“emang!” Yudha.
Setelah beberapa menit Yudha menyalakan radio terdengar lagu Taylor Swift.
“loe suka Taylor Swift?!” Tanya Winda.
“iya! Kenapa?! Gue punya mimpi kalo gue bakalan nikah ma dia.” Kata Yudha.
“oh...” Winda.
‘perasaan gue pernah denger kalimat itu deh! Tapi siapa yang bilang ya?’ kata Winda dalam hati.


bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar