Jumat, 27 Mei 2011

My First Love (8)


Sesampainya disekolah.
“Winda...” tiba-tiba Raka nyamperin Winda yang baru saja keluar dari mobilnya.
­­“kenapa?” Tanya Winda jutek.
“waktu itu... gue..” kata Raka.
“loe kenapa? Ama cewe loe?” Winda
“winda, loe dengerin dulu deh.” Raka.
“mesti dengerin apa lagi sih gue?” Winda.
“dia tu-“ Raka.
“ah males gue. Mau kekelas gue. Bye” kata Winda jutek.
Winda pun pergi meninggalakan Winda.
“Winda. Winda. Loe ga ngerti sih.. dia tu bukan cewek gue.” Kata Raka sambil melihat kepergian Winda.
-dikelas-
Winda melihat Yudha yang lagi duduk sendirian dipojok meja belakang.
‘kaya mau nunggu setan aja tu anak! Isi duduk dipojok segala lagi.’ Katanya dalam hati.
“Yudhaa... loe masih marah ama gue ya?” teriak Winda dikelas karena belum ada siapa-siapa kecuali mereka berdua.
“siapa bilang gue marah ama loe? Gue ga bakalan marah ama loe ko. Gue kan sayang am aloe. Ya kan?” Yudha.
“nah kan, loe mulai lagi. Yud, pokoknya apapun yang terjadi gue bakaln tunggu sampe kapanpun supaya tau sip aloe sebenernya. Ok?” kata Winda.
“gue bakalan tunggu waktu yang tepat buat bilang ke loe semuanya. Gue belum siap Win.” Yudha.
“ya udah kalo gitu. Gue pasrah aja dah” Winda.
“eh nanti mau jalan ga? Itung-itung buat ngilangin perasaan kita yang lagi aneh ini. Gimana?” Yudha.
“boleh.. dimana?” Winda.
“tau kan cafe deket rumahmu yang cat cokelat itu loh. Aku lupa namanya..” Raka.
“oh yang itu. Ok... jam berapa Yud?” Winda.
“sekitar jam 6 sore gimana?” Yudha.
“ok dehh..” Winda.
“oh ya, Raka gimana sama loe?” Yudha.
“tau. Males gue bahas Raka.” Winda.
“ya udah, ya udah.” Yudha.

Winda sedang bersiap-siap untuk pergi ke cafe yang dibilang Raka. Tiba-tiba gelas kaca yang ada dimeja belajarnya jatuh ketika Winda hendak mengambil sesuatu.
“ya ampun Yudha!” Winda.
Winda langsung lari keluar rumahnya menuju cafe dekat rumahnya itu. Ada firasat buruk soal Yudha waktu Winda menjatuhkan gelas itu.
Tak begitu jauh dari cafe itu terdapat beberapa orang yang sedang berkumpul. Winda dengan cepat menghampiri mereka.
Ada apa disitu?

(bersambung...)

Kamis, 10 Maret 2011

My First Love (7)


“gitu dong.” Kata Yudha sambil nyengir.
“apaan sih kamu?” Winda.
10 menit kemudian mereka sampai di dokter.
-          -      -
“apa kata dokter?” Tanya Yudha.
“aku sakit. Puas?” winda.
“siapa yang puas coba?” Yudha.
“udah ah! Males gue ama loe!” Winda.
“apa sih?” Yudha.
Winda pun jalan sendirian tanpa menunggu Yudha.
“Winda!” panggil Yudha. Tapi winda ga noleh sama sekali.
“Winda! Denger aku ga sih? Winda, kamu itu emang ga pernah berubah ya?” Yudha.
Winda pun berhenti dan menatap Yudha.
“yud, sebenernya loe siapa sih? Gue ga ngerti tau ga? Kenapa loe harus nyembunyiin identitas asli loe dari gue? Loe itu siapa? Kenapa? Loe sebenernya siapa sih?” kata Winda.
“ga penting. Gue ga mau lagi bahas soal ini. Ga penting tau ga! Ga penting! Loe denger gue kan?” bentak Yudha.
“Yud, loe apaan sih? Ini tuh penting bagi gue. Loe siapa? Gue tuh ngerasa ko loe tu nyembunyiin sesuatu dari gue! Ngaku loe!” balas Winda yang matanya mulai berair.
“gue bilang semuanya ini ga penting tau ga? Loe ga denger gue ya? Budek loe? Sekarang loe mau apa? Apa?” Yudha.
“YUDHA! Ini tu penting...” kata Winda sambil menangis karena ga bisa nahan sebenernya apa sih yang udah terjadi ama dia. Dan dia sama sekali ga tau Yudha tu siapa. Ada yang aneh diantara mereka.
“apa loe bilang?” yudha.
“gue mau pulang, dan gue ga butuh loe!” kata Winda terisak.
“ya udah. Gue juga ga peduli sama loe.” Balas Yudha.
Mereka berdua pun pulang sendiri-sendiri
-          -      -    -    -


Dirumah...
“Yudha kenapa? Ko dia ga mau bilang siapa dia sebenernya. Selama ini gue dah ngerasa kalo dia itu ada sesuatu ama gue. Tapi gue sama sekali ga pernah nginget kalo dia itu siapa. Yudha tuh siapa gue? Ya ampun Tuhan. Tolong dong...” rintih Winda.
‘tok, tok, tpk’ ada suara ketukan pintu.
“masuk” Winda.
Windi pun masuk sambil membawa surat.
“apaan tuh kak?” Tanya Winda sambil mandangin surat yang lagi dipegangin kakaknya.
“buat kamu ini. Nih!” kata Kakaknya.
“heh? Buat aku? Dari siapa kak?” Winda.
“dari penggemar rahasia!” Windi.
“kak, aku serius.” Winda.
“idihhh iya, ya. Itu dari Yudha. Barusan dia anter, katanya buat kamu. Itu aja. Emang kalian kenapa sih?” Windi.
“gini loh ka, tadi aku kedokter dianter ama dia. Nah selama ini aku ga ngerti kenapa. Dia tu kaya selalu  bilang kalo aku tuh ga pernah berubah dan aku tuh gini lah gitu lah. Dia tu kaya tau semua soal aku ka. Aku kan bingung, emang dia peramal apa? Ga kan? Makanya aku Tanya dia sebenernya dia tu siapa. Soalnya aku tau, dia tu pasti ada sesuatu ama aku. Tapi kalo aku inget-inget aku ga pernah ada terlibat apa-apa ama dia. Aku bingung banget ka.” Kata Winda panjang lebar.
Windi terkejut dan terdiam sesaat. Windi tau kalo sebenernya Yudha itu emang ada sesuatu ama Winda. Tapi Windi ga bisa bilang sama Winda yang sebenernya. Windi trauma.
“ka? Hallooo...” kata Winda yang menarik narik baju kakaknya yang lagi bengong.
“ha? Apa? Ohh... sabar ya. Perasaan kamu aja kali. Eh, udah dulu ya. Kakak mau pergi kerumah temen ngerjaiin tugas sekolah. Ok?” Windi.
“oh. Ya udah. Dada kaa...” Winda.
Windi keluar kamar Winda dengan tatapan ketakutan. Windi takut kalo nanti sesuatu bakalan diketahui sama Winda.
“Winda... maafin kakak ya.” Katanya lirih.
-          -     -     -    -


Winda membuka suratnya.
Winda, tadi sorry banget ya. Aku tau kamu pasti pengen tau siapa aku. Ya kan? Suatu hari kamu bakalan tau aku tuh sebenernya siapa. Semua ini butuh waktu. Aku ga mau kamu gimana-gimana pas aku kasi tau aku tuh siapa. Jadi kamu itu Cuma tinggal nunggu waktu aja. Ok?


                                                                                                                                         Yudha.
“nunggu? Ya Tuhan,  kalo emang ini dah takdir. Peduli amat dah. Aku pengen banget tau siapa Yudha.” Winda.
-          -        -        -       -



Winda membuka matanya. Sudah pagi ternyata.
“lah kak? Ko tumben dah bangun?” Tanya Winda, sambil ngucek-ngucek matanya.
“ha? Ga tau nih. Pengen aja...” kata Windi sambil nyisirin rambutnya.
“hoaahemm... ngantuk banget.” Winda.
“kamu mau sekolah?” Windi.
“iya. Sejak makan obat dari kemaren itu akau rasanya dah baikan deh ka.” Winda.
“bener?” Windi.
“iya, aku ga mau sampe ketinggalan pelajaran.” Winda.
“alesan! Bilang aja mau ketemu Raka. Ya kan?” Windi.
“apa sih kak?” Winda.
“hayooo ngaku!” Windi.
“males ah. Aku  mau mandi. Huuuuuuuu...” Winda.
“dasar!” Windi.

bersambung...

Senin, 31 Januari 2011

My First Love (6)


Sesampainya dirumah.
“kamu ga papa kan?” Yudha.
“ga papa ko...” Winda.      
“ya udah, aku tinggal ya. Baik-baik...” Yudha.
Yudha pun balik. Semua yang kejadian hari ini tuh aneh banget, aku bener-bener ga ngerti. Harus ngapain nih kalo kaya gini? Ya udah lah. Dibawa sante aja. J
               ***

“hahahhaha udah pagi. Ko gue semangat amat ya?” Winda bangun dari tidurnya.
-she’s my rich girl, buying all the clothes...-
“mana tuh hp gue? Nah ini dia. Got ya...” Winda mengambil hpnya.
‘hallo... ha? Apa? Ok, ok. Ya udah, nanti aku pinjemin.’ Kata WInda ditelphone dengan temannya Putri.
“pagi-pagi rebut! Aduhhhh” Windi.
“idihh!! Mendingan bangun sana. Udah pagi nih! Ayoo ka. Ditungguin ka Cakka tuh!” Winda.
“HA? Serius loe?” Windi.
“ya ga lah! Wleeeeee” Winda.
“dasar adek nakal! Awas loe ya!” Windi.
“hehehehe” Winda.
***
Sehabis sarapan. Winda, Windi dan Inez keluar.
“Windaaaaaa...” Yudha.
“lah? Ko?” Winda.
“kenapa?” Yudha.
“kenapa loe pake baju seragam kaya gue?” Winda.
“gue pindah sekolah ke sekolah loe.” Yudha.
“APA?!” Winda.
“iya kenapa? Shock eh ada anak cakep mau sekolah disekolahmu?” Yudha.
“apa sih? Errr” Winda.
“eh! Winda, loe kan ama Yudha. Kakak ama supir. Inez?” Windi.
“Inez ikut ka Windi.” Inez.
“loe ga dijemput ama Raka? Biasanya tiap hari pasti dijemput.” Winda.
“diem!” Inez.
“galak banget! Huh! Yuk Yud!” Winda.
Dimobil.
“heh! Serius loe mau pindah kesekolah gue? Serius?” Winda
“iya, Winda... kenapa? Loe ga suka?” Tanya Yudha.
“bukannya gitu. Orang Cuma nanya aja ko.” Winda.
“ohhh.” Yudha.
“satu lagi nih ya, ko loe mau sih pindah kesekolah gue?” Winda.
“supaya gue bisa deket am aloe!” Yudha.
“apa? Ga salah?!” Winda heran.
“gal ah, gue mau deket ama loe. Gue mau ngelindungin loe. Supaya loe ga kenapa-kenapa.” Yudha.
“heh?” Winda.
“ya ga lah! Ngapain coba gara-gara loe gue pindah kesekolah loe? Emang gue apanya loe? Ihhh ga ya! Jangan G-R loh!” Yudha.
“kiraiin!” Winda.
10 menit kemudian. (sampai disekolah)
“ayo!” Winda.
“sekolah baru, seragam baru of course  cewe baru!” Yudha.
“dasar!” Winda.
“apa ha?” Yudha.
“ga kenapa.” Winda cemberut.
“loe ga cemburu kan Win?” Yudha.
“ngapain coba? Gue kan ga suka ama loe!” Winda
“oh ya? Awas ya ampe naksir am ague!” Yudha nyengir sambil kucek-kucek poni Winda.
“Yudha! Rusak nih!” Winda.
“habiss kalo loe cemberut lucu sih!” Yudha.
“ha?” Winda.
“apa? G-R lagi nih? Alah ga usah lah!” Yudha.
“apaan sih loe? Ihh” Winda.
‘gila tadi dia kucek-kucek poni gue. Kok rasanya gimana gitu ya?’ kata Winda dalam hati. Tak disangka Yudha udah pergi ninggalin Winda.
“mana Yudha? Ngilang dia.” Winda.
Winda pun pergi kekelasnya.
“ngapain loe disini?” Winda.
“gue dikelas ini, loe disini juga ya?” Yudha.
“iya.” Winda.
“sekelas dong! Yay!” Yudha.
“apa sih?” Winda.
“ih loe yang apa?” Yudha.
“udah, udah. Gue keluar dulu ya Yud.” Winda.
“mau gue temenin?” Yudha.
“ga usah.” Katanya jutek.
Winda langsung pergi keluar kelas. Dia keluar dan menoleh kekanan kekiri.
‘Raka mana ya? Ko ga keliatan?’ katanya dalam hati.
Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang.
“Winda!” raka.
“Raka!” Winda.
“kenapa? Kamu nyari apa? Mau aku bantuin?” Raka.
‘yang gue cariin aja udah ketemu juga ah!’ kata Winda dalam hati.
“Winda? Hallo...” Raka.
“ha? Apa?” Winda celingukan.
“loe mau cari apa sih?” Raka.
“ga ko. Hehehe” Winda.
“ohh...” Raka.
“loe tadi ko ga jemput Inez?” Winda.
“Winda, gue sebenernya mau bilang am aloe. Gue itu ga suka ama Inez. Dia yang nyuruh nyemput pagi-pagi. Katanya loe bakalan ikut. Tapi sampe disana.  Loe pasti ama Yudha kan? Setiap kali gue kerumah loe Inez bilang Winda pasti ikut. Tapi loe sama Yudha. Jadi gue ga mau jemput Inez lagi.” Jelas Raka.
“jadi loe jemput Inez Cuma buat ketemu gue juga?” Winda.
“ya.” Katanya kecewa.
“aaaa Raka. Kenapa loe ga bilang dari awal?” Winda.
“gue ga mau. Gue kira loe udah jadian ama Yudha. Jadi gue ga mau lagi ganggu-gangguin loe.” Raka.
“gue ga jadian ama dia. Dia itu anaknya temen mama gue. Ya ampun!” Winda.
“jadi loe ga jadian ama dia?” Raka.
“ga kale!” Winda.
“ohhh...” Raka.
“iya, kamu nih ah!” winda.
“nanti kamu extra kan?” Raka.
“iya dong!” Winda.
see ya...” Raka.
“ok!” Winda.
Raka pun pergi kekelasnya.
“ternyata dia jemput Inez buat ketemu gue? Ya ampun! Bahagianyaaa....” kata Winda sambil tersenyum.
“kenapa loe senyum-senyum? Sarap!” Yudha.
“apa sih loe? Orang lagi seneng juga ah!” Winda.
“kenapa? Ko seneng?” Tanya Yudha.
“apa loe nanya-nanya?” bentak Winda.
“ko loe yang bentak-bentak gue?” Yudha.
“giliran! Wleeee!” Winda melet sambil lari.
“kurang ajar! Sini loe jangan lari!” Yudha mengejar Winda.
“apa ha? Yudha jelek!” Winda.
“apa loe bilang? Yudha jelek? Awas ya loe!” Yudha.
Pas Yudha lari cewek-cewek pada ngejar dia juga...
“ya ampun Yudha!!! Dia cakep banget!” kata salah satu cewe yang liat dia lari.
“iya loh! Kita liat yuk! Dia cakep banget!” salah satu cewe lainnya.
oh my god! Dia cakep banget!” cewek lainnya.
Yudha pun dicegat sama gerombolan cewek-cewek itu.
“ihh ihh! Kenapa kalian?” Yudha.
“ya ampun! Yudha cakep banget ya?!” cewek.
“iya loh! Cakepnya!” salah satu cewe lain mencubit pipi Yudha.
“apaan sih? Jangan cubit-cubit woy! Nanti pipi gue rusak lagi!” Yudha.
“ihh Yudha imut deh! Mau ga jadi cowokku?” salah satu cewe.
“ga ya. Aku ga suka ama kamu. Aku suka ama cewe lain. Bukan kamu... maaf ya..” Yudha.
“Yudha ko gitu sih? Ya udah deh aku nanti daftar aja ya...”
“apaan sih loe? Aduhhh” Yudha.
Yudha pun lari dari kerumunan cewe-cewe itu.
“Windaaaaa... tungguin gue!” Yudha.
“ga mauuu...” Winda.
Dengan cepat Yudha dapat mengejar Winda.
“nah dapet!” kata Yudha sambil megang tangan Winda.
“Yudha!” teriak Winda.
Bukannya Yudha lepasin tangan Winda, Yudha malah gendong Winda sambil diputer-puter gitu.
“Yudha! Udah eh! Malu tau! Nanti aku dikira pacarmu, turunin eh!” pinta Winda.
“ga mau! Aku ga peduli. Mau orang bilang apa aja! Ini nih hukumannya udah ga mau kasi tau Yudha alasan kamu senyum-senyum tadi! Hehehe” Yudha.
“Yudha, serius ya. Turunin ga?!” Winda.
“ga.” Yudha.
“aku bakalan lakuin apapun asal kamu turunin aku. Udah diliatin anak-anak lain tuh!” Winda.
“serius?” Yudha.
“serius!” Winda.
“ya udah...” kata Yudha sambil nurunin Winda.
“iiihhh! Kamu ini ya!” kata Winda sambil pukul jidatnya Yudha.
“heh! Dasar!” Yudha.
“apa ha? Mau apa?” Winda.
“aku mau kamu cium aku... nihhh...” Yudha menyodorkan pipinya.
“ha?” Winda terkejut.
“ga lah! Mana mau dicium am aloe? Hello!” Yudha.
“sialan! Yudha!” Winda.
Tanpa Winda sadari ternyata Raka liat mereka dari kejauhan.
“Winda asal loe tau ya gue tuh sebenernya suka ama loe dari sejak gue ketemu sama loe. Tapi kenapa harus ada Yudha sih? Gue tuh suka am aloe!” Raka.
Malangnya, Winda ga liat Raka. Jadi Winda ga tau betapa hancurnya hatinya Raka liat mereka berdua.
***

“wuuuu 2 menit lagi! Yay!” kata Winda.
‘kriiiingggggg’ bel berbunyi.
“uhu! Yea man! Akhirnya selesai juga.” Winda.
Winda cepat-cepat mengemasi buku-bukunya dan siap berlari, tapi tangannya dipegang Yudha.
“apa?” Winda.
“mau kemana loe?” Yudha.
“mau extra! Aduhhh lepas. Gue cepet-cepet nih!” Winda.
“gue ikut ya?” Yudha.
“ga!” Winda.
“Winda...” kata Yudha sambil memasang muka memelasnya.
“sorry ya. Muka loe ga mempan! Sana pulang!” Winda.
“apa? Aduhh ayo lah! Loe ko jahat gitu sih?” Yudha.
“biarin! Gue ga peduli! Lepasin ga?” Winda.
“ya udah! Terserah loe! Gue pulang aja!” bentak Yudha.
“pulang aja sana!” Winda.
Tanpa basa-basi Yudha langsung ninggalin Winda.
“weesss anak itu langsung pulang ya? Hahahaha bagus deh! Extra! Huhuy!” Winda.
Winda pun lari keruang music. Sesampainya disana dia bahagia banget. Raka ternyata udah ada.
“Rakaaa...” Winda.
“hi Win...” katanya lesu.
Tiba-tiba ada cewe yang dateng dari sebelah pintu. Cewenya cantik rambutnya panjang, kulitnya putih, bersih, girly.
“hey! Winda ya? Kenalin, gue Lala. Cewenya Raka.” Kata cewe itu sambil julurin tangannya.
“ha? Ohh... kenalin aku Winda.” Kata Winda sambil memasang senyum paksa.
“Win, main yuk?” Raka.
“gad eh. Gue duluan ya. Gue kesini Cuma mau bilang kalo gue ga bisa hari ini. Tadi nyokap gue telephone, katanya gue harus pulang. Jadi gue ga bisa extra hari ini. Gue duluan ya...” bohong Winda.
“jadi loe dateng kesini buat bilang itu aja?” Raka.
“tapi, gue mau ngasi loe...” Lala belum selesai menyelesaikan kalimatnya Winda udah lari duluan.
Winda lari keluar pas lagi hujan lebat banget. Dia tetep aja jalan keluar sekolah meski hujan. Baru aja nyampe gerbang badannya udah basah kuyup.
“Raka... loe tega banget ama gue! Gue tuh suka am aloe! Tapi loe udah punya cewe?! Sial!” Teriak Winda di jalan.
Beberapa menit kemudian ada seseorang datang langsung meluk Winda. Winda mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang memeluk dia.
“Yudha...” kata Winda dengan nada rendah.
“hmm aku aku bilang? Dari tadi diajakin pulang juga ah! Malah ga mau. Kualat kan?” canda Yudha.
“Yudha!” tangis Winda sambil berontak dari pelukan yudha.
Bukannya Yudha lepas pelukkannya malah makin erat dia melukknya.
“kamu mau nangis eh? Nangis aja dulu sepuasnya. Aku bakalan jagain kamu nangis. Ok?” Yudha.
“haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!! Yudhaaaaaaaa... gue keseeeeelll!!” tangis Winda sambil peluk Yudha.
Hujan makin lebat aja. Tapi semuanya masih berlanjut. Winda masih belum puas nangis. (so sweet)
Beberapa menit kemudian.
“pulang yuk...” Winda.
“udah selesai nih nangis?” Yudha.
“udah. Ayo pulang!” bentak Winda.
“iya, iya...” Yudha.
***
Sesampainya dirumah Winda.
bye Winda... baik-baik ya. Jangan nangis lagi...” Yudha.
“makasi ya Yud. Hehehe” Winda.
“ternyata masih bisa hehehehe anak ini. Sana ganti baju! Nanti sakit loh!” yudha.
“iya, iya. Kamu juga tuh! Awas ya nanti sakit.” Winda.
“gue ga bakalan ya..” Yudha,
“hmmm terserah! Udah dulu ya. Bye...” Winda.
Yudha pun pulang.
“ya ampun! Anak mama ko basah kuyup gini?” Mama.
“iya. Aduhh ma udah ah. Males, aku mau tidur.” Winda.
“ga makan? Oh ya, tadi pulang ama siapa?” Mama.
“ga ah. Yudha ma, kenapa?” Winda.
“bagus deh. Sana tidur.” Mama.
“mama aneh!” Winda.
Winda ganti baju terus tidur.
Beberapa menit kemudian.
“ko gue merinding gini sih?” Tanya Winda kepada dirinya sendiri.
Winda pun tidur lagi. Saat dia terbangun sudah ada Yudha di kamarnya.
“waaaa!!! Ngapain loe disini?” teriak Winda.
“loe Tanya mama loe gi! Gue disuruh jagain loe soalnya mama loe pergi ama mama gue.” Jelas Yudha.
“apa?! Aduhhh mama tuh ya! Sarap!” gerutu Winda.
“muka loe ko pucet gitu? Sini deh kepala loe...” Yudha.
“apa? Ha? Ga mau! Loe mau ngapain ha?” Winda.
“ga usah negative thinking deh! Sini!” kata Yudha sambil meletakkan tangannya di jidat Winda. “loe demam ya? Ko badan loe panas gini sih?” tanyanya.
“ha? Masa sih? Ga kali...” Winda.
“gue ga mau tau. Pokoknya sekarang ke dokter!” bentaknya.
“ga!” Winda.
“ayooo!!” Yudha.
“ga mau! Gue ga sakit Yud.” Winda.
“banyak omong loe!” katanya sambil menggendong Winda.
“Yudha! Turunin gue. Gue ga mau!” Winda.
“kalo ga diem gue cium loh! Mau?” Yudha.
Winda langsung terdiam.

bersambbung...

Minggu, 07 November 2010

My First Love (5)


“kenapa loe bengong kaya gitu?! Jelek banget tu mukanya!” kata Yudha.
“ga, gue ga kenapa-napa Yudha...” Winda.
“nah kita dah nyampe!” Yudha.
“ini kan?”  belum selesai Winda Yudha menarikk tangan Winda.
“ahahaha... makan! Gue laper banget tau! Mbak!” katanya.
“iya tuan, ada yang bisa saya bantu?” pelayannya.
“aku mau menunya dong!” Yudha.
“silakan..” pelayan itu.
“loe mau apa Winda?” Tanya Yudha sambil liatin menu-menunya yang ada di sana.
Winda Cuma bengong.
“eh cewek jelek! Loe mau apa?” yudha.
“ha? Apa?” Winda celingukan.
“ngayal apaan sih loe? Dasar cewek aneh!” Yudha.
“gue mesen siomay aja!” Winda.
“sama mba!” Yudha.
“kalo begitu tunggu 15 menit ya...” pelayan.
“kalo bisa 5 menit aja deh mba! Hahaha becanda...” Yudha ngelucu.
Pelayan itu Cuma senyum aja. Suara hp Yudha tiba-tiba bunyi.
“halo, iya! Nanti seh kalo gue ada waktu ama gue ya! Gue lagi jalan nih ma cewek! Oh ya lah! Sip, bye...” Yudha menutup telphonenya.
“siapa?” Tanya Winda.
“bukan urusan loe! Ga penting!” Yudha jutekin Winda.
“rese!” Winda.
Tapi Yudha ga peduli sama sekali. Makanan pun datang.
“selamat menikmati...” pelayan.
“ya.” Yudha.
“aaaaaaaaaaa......” teriak Winda.
“makanannya ada sambel ya? Sini tuker sama gue!” kata Yudha sambil mengambil piring Winda dan memberikan miliknya ke Winda.
“loe ko tau?” Winda.
“ga penting! Ayo makan! Cepetan!” bentak Yudha.
Winda hanya heran ada sesuatu yang aneh dari Yudha. Rasanya Yudha dah kenal Winda lama. Semua ditauin. Mereka pun makan. Dalam beberapa menit mereka selesai makan.
“pulang yuk!” Winda.
“ya lah! Siapa yang mau ampe malem di sini!” Yudha.
“dasar!” Winda.
“apa? Mau gue tinggal disini?!” bentk Yudha.
“bisa ga sih loe ga bentak-bentak gue?!” Winda.
“alah! Banyak omong loe!” katanya.
“gue ga tau harus ngomong ama sama loe!” Winda.
Mereka pulang.





“siapa sebenernya Yudha itu? Kenapa dia tau banyak soal gue? Dia siapa? Seharusnya gue ga terlalu mikirin itu! Gue masih punya banyak pr yang harus gue kerjain! Tapi gimana si Raka ya? Dia lagi ngapain ma Inez? Gue ga mau kalo sampe Inez dapetin Raka. Gue suka sama dia! Seharusnya dia tau!” katanya Winda si dalam kamar sendirian sambil memandangi  dirinya di kaca.
“WINDA! WINDA!” teriak seseorang dari pintu depan.
“bentaaaaaaaarrr!!!!!!!!” jawab Winda.
Winda pun turun dari kamarnya.
“Yudha? Ngapain loe? Ga pulang?!” Tanya Winda.
“ni, gue punya hadiah buat loe. Soalnya loe dah nganterin gue makan tadi!” kata Yudha sambil menjulurkan sebuah tas warna pink.
“apaan ni?” Winda.
“liat ampe kamar aja! Bye....” Yudha.
Winda pun pergi ke kamarnya.
“Yudha kasi apaan sih?” kata Winda sendiri dikamarnya.
Winda membuka bungkus itu.
“ya ammpun! Blouse merah yang gue liat di mal adi! Yudha! Dia ko tau ya? Ya ampun anak itu!” katanya sambil senyum-senyum sendirian.
Hari berlalu datar-datar aja.




Esok paginya....
Winda turun cepet-cepet buat sarapan.
“pagi ma...” winda.
“pagi... oh y, nanti kamu berangkat bareng sama Yudha ya?!” mama.
“apa? Terus Inez gmna ma ka Windi?” Tanya winda.
“Inez katanya dijemput Raka, kakakmu dijemput ma pacarnya. Nanti mama pergi soalnya... makanya kamu sama Yudha.” Jelas Mama.
“apa? Inez sama Raka?!” Winda.
“iya! Kenapa?” mama.
“ga kenapa-kenapa.” Winda.
Tok, tok, tok.
“tu pasti Yudha! Sana buka pintunya.” Mama.
“iya...” Winda.
Winda pun pergi ke depan untuk membukakkan pintu. Winda pun membuka pintunya.
“Raka?!” Winda.
“Winda!” Raka.
“loe cari Inez ya?!” kata Winda dengan jutek.
“i...i...iya...” kata Raka gugup.
“Inez! Sini! Raka udah nunggu nih!” teriak Winda memanggil Inez.
“ya...” terdengar suara Inez.
“tuh!” Winda.
“yuk Raka!” Inez.
“hmmm yuk! Bye Winda...” Raka..
“bye.” Katanya jutek karena sebel kenapa harus Inez yang dijemput ma Raka.
Setelah Raka pergi sebuah mobil pun berhenti didepan rumah.
‘pasti Yudha’ katanya dalam hati.
“Winda...!” panggil Yudha dari kejauhan.
“eh Yudha,..” kata Winda sambil tersenyum.
“gimana? Kamu suka blousenya? Aku beliin kamu soalnya aku tau kamu pasti suka ma warna itu...” kata Yudha.
“ya ampun hamper aja gue lupa, makasi banyak ya Yudha. Aku suka banget! Hehe” Winda.
“bagus deh! Yuk berangkat. Nanti telat” ajak Yudha.
“ya, aku pamit ma mama dulu ya?!” Winda.
Winda pun kedalam untuk pamit ke mamanya.
“yuk!” Winda.
Mereka berdua pun berangkat kesekolah. Sesampainya disekolah. Banyak banget anak-anak cewek yang keluar dari gerbang sekolah Cuma buat liatin mobil yang dinaikin ma Winda.
“kenapa tuh anak-anak pada gila ya? Tumben mereka liatin gue kaya gitu!” Winda keheranan.
“ga tau tuh! Aku tinggal ya, aku juga sekolah nih! Bye Winda, baik-baik disekolah ya...” kata Yudha penuh perhatian.
“hmm ya, kamu juga ya Yudha... bye...” balas Winda yang agak heran kenapa Yudha kaya care banget ma dia.
Winda pun berjalan masuk kesekolahnya. Banyak banget cewek yang bisik-bisik habis Winda turun dari mobil Yudha. Salah satu siswi pun berkata.
“Winda loe ko bisa dianter ma Yudha sih?!” Tanya Devi.
“aaa...apa? hmmm gue cepet-cepet nih, dah dulu ya... bye..” kata winda sambil berlari.
Sambil berlari dia berkata, “apa-apaan sih anak-anak?! Ih tau Yudha lagi? Yudha tu siapa?!”.
Tiba-tiba seseorang mencegatnya.
“Windaaaa... ya ampun! Ko bisa dianter ma Yudha? Dia kan anak sebelah yang jago maen basket, pinter banyak deh! Beruntungnya jadi loe ya! Gue mau!” kata Putri.
“apa? Yudha?!” Winda.
“iya, Yudha!” Putri.
“mama gue yang nyuruh!” Winda.
“ya ampun! Jangan-jangan kamu mau dijodohin lagi sama mamamu!” kata Putri.
‘ih loe apa sih?! Ga kali! Udah jangan omongin dia lagi! Pusing gue!” Winda.
“iya, ya...” Putri.
Sebelum sampai Winda dicegat lagi.
“winda, lo ko...” belum selesai Tara bicara Winda menjawab.
“apa Yudha? Sorry gue cepet-cepet! Bye Tara!” Winda berlari.
Sesuatu pun terjadi, Winda menabrak Raka. Pujaaan hatinya.
“Winda, loe ga papa?” Tanya Raka.
“ha? Ga papa ko...” kata Winda.
“biar aku anter ke kelas ya?” ajak Raka.
“ha? Apa?” Winda gugup seketika.
“ah ayo, aku anter.!” Kata Raka sambil menggandeng tangan Winda.
‘ya ampun Tuhan! Tangan due dipegang ma Raka... duh senengnya. Berharap banget kelas masih jauh dari sini. Aku mau lama-lama sama Raka’ katanya dalam hati.
“nah ayo taruh tasnya...” Raka.
“yaaaahh udah ya?” Winda.
“maksud kamu apa?” Tanya Raka.
“a? Ga, ga kenapa-kenapa!” jawab Winda.
“ya udah, aku tinggal dulu ya...” Raka.
“yaaa.......”.

Setelah itu seklah pun merlalu biasa-biasa saja.
Sampai akhirnya Winda pulang. Winda pun pulang tak disangka ternyata Yudha sudah menjemput Winda. Winda pun lari menghampiri Yudha. Tapi hal menyebalkan yang sring terjadi pada winda terjadi lagi, seseorang membawa balok sambil berlari dan tak sengaja menggores siku Winda. Yudha pun keluar dari mobil dan menyelamatkan Winda.
“Winda? Kamu ga papa?” Tanya Yudha perhatian.
“hmmm ga papa...” Winda.
“ga kenapa apanya? Ayo sekarang kita kedokter. Nanti kamu infeksi. Cepet!” Yudha.
“iyaaaa...” Winda.




Sesampainya di rumah sakit siku Winda pun diobati dan mereka pulang.


bersambung...