Sesampainya dirumah.
“kamu ga papa kan?” Yudha.
“ga papa ko...” Winda.
“ya udah, aku tinggal ya. Baik-baik...” Yudha.
Yudha pun balik. Semua yang kejadian hari ini tuh aneh banget, aku bener-bener ga ngerti. Harus ngapain nih kalo kaya gini? Ya udah lah. Dibawa sante aja. J
***
“hahahhaha udah pagi. Ko gue semangat amat ya?” Winda bangun dari tidurnya.
-she’s my rich girl, buying all the clothes...-
“mana tuh hp gue? Nah ini dia. Got ya...” Winda mengambil hpnya.
‘hallo... ha? Apa? Ok, ok. Ya udah, nanti aku pinjemin.’ Kata WInda ditelphone dengan temannya Putri.
“pagi-pagi rebut! Aduhhhh” Windi.
“idihh!! Mendingan bangun sana. Udah pagi nih! Ayoo ka. Ditungguin ka Cakka tuh!” Winda.
“HA? Serius loe?” Windi.
“ya ga lah! Wleeeeee” Winda.
“dasar adek nakal! Awas loe ya!” Windi.
“hehehehe” Winda.
***
Sehabis sarapan. Winda, Windi dan Inez keluar.
“Windaaaaaa...” Yudha.
“lah? Ko?” Winda.
“kenapa?” Yudha.
“kenapa loe pake baju seragam kaya gue?” Winda.
“gue pindah sekolah ke sekolah loe.” Yudha.
“APA?!” Winda.
“iya kenapa? Shock eh ada anak cakep mau sekolah disekolahmu?” Yudha.
“apa sih? Errr” Winda.
“eh! Winda, loe kan ama Yudha. Kakak ama supir. Inez?” Windi.
“Inez ikut ka Windi.” Inez.
“loe ga dijemput ama Raka? Biasanya tiap hari pasti dijemput.” Winda.
“diem!” Inez.
“galak banget! Huh! Yuk Yud!” Winda.
Dimobil.
“heh! Serius loe mau pindah kesekolah gue? Serius?” Winda
“iya, Winda... kenapa? Loe ga suka?” Tanya Yudha.
“bukannya gitu. Orang Cuma nanya aja ko.” Winda.
“ohhh.” Yudha.
“satu lagi nih ya, ko loe mau sih pindah kesekolah gue?” Winda.
“supaya gue bisa deket am aloe!” Yudha.
“apa? Ga salah?!” Winda heran.
“gal ah, gue mau deket ama loe. Gue mau ngelindungin loe. Supaya loe ga kenapa-kenapa.” Yudha.
“heh?” Winda.
“ya ga lah! Ngapain coba gara-gara loe gue pindah kesekolah loe? Emang gue apanya loe? Ihhh ga ya! Jangan G-R loh!” Yudha.
“kiraiin!” Winda.
10 menit kemudian. (sampai disekolah)
“ayo!” Winda.
“sekolah baru, seragam baru of course cewe baru!” Yudha.
“dasar!” Winda.
“apa ha?” Yudha.
“ga kenapa.” Winda cemberut.
“loe ga cemburu kan Win?” Yudha.
“ngapain coba? Gue kan ga suka ama loe!” Winda
“oh ya? Awas ya ampe naksir am ague!” Yudha nyengir sambil kucek-kucek poni Winda.
“Yudha! Rusak nih!” Winda.
“habiss kalo loe cemberut lucu sih!” Yudha.
“ha?” Winda.
“apa? G-R lagi nih? Alah ga usah lah!” Yudha.
“apaan sih loe? Ihh” Winda.
‘gila tadi dia kucek-kucek poni gue. Kok rasanya gimana gitu ya?’ kata Winda dalam hati. Tak disangka Yudha udah pergi ninggalin Winda.
“mana Yudha? Ngilang dia.” Winda.
Winda pun pergi kekelasnya.
“ngapain loe disini?” Winda.
“gue dikelas ini, loe disini juga ya?” Yudha.
“iya.” Winda.
“sekelas dong! Yay!” Yudha.
“apa sih?” Winda.
“ih loe yang apa?” Yudha.
“udah, udah. Gue keluar dulu ya Yud.” Winda.
“mau gue temenin?” Yudha.
“ga usah.” Katanya jutek.
Winda langsung pergi keluar kelas. Dia keluar dan menoleh kekanan kekiri.
‘Raka mana ya? Ko ga keliatan?’ katanya dalam hati.
Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang.
“Winda!” raka.
“Raka!” Winda.
“kenapa? Kamu nyari apa? Mau aku bantuin?” Raka.
‘yang gue cariin aja udah ketemu juga ah!’ kata Winda dalam hati.
“Winda? Hallo...” Raka.
“ha? Apa?” Winda celingukan.
“loe mau cari apa sih?” Raka.
“ga ko. Hehehe” Winda.
“ohh...” Raka.
“loe tadi ko ga jemput Inez?” Winda.
“Winda, gue sebenernya mau bilang am aloe. Gue itu ga suka ama Inez. Dia yang nyuruh nyemput pagi-pagi. Katanya loe bakalan ikut. Tapi sampe disana. Loe pasti ama Yudha kan? Setiap kali gue kerumah loe Inez bilang Winda pasti ikut. Tapi loe sama Yudha. Jadi gue ga mau jemput Inez lagi.” Jelas Raka.
“jadi loe jemput Inez Cuma buat ketemu gue juga?” Winda.
“ya.” Katanya kecewa.
“aaaa Raka. Kenapa loe ga bilang dari awal?” Winda.
“gue ga mau. Gue kira loe udah jadian ama Yudha. Jadi gue ga mau lagi ganggu-gangguin loe.” Raka.
“gue ga jadian ama dia. Dia itu anaknya temen mama gue. Ya ampun!” Winda.
“jadi loe ga jadian ama dia?” Raka.
“ga kale!” Winda.
“ohhh...” Raka.
“iya, kamu nih ah!” winda.
“nanti kamu extra kan?” Raka.
“iya dong!” Winda.
“see ya...” Raka.
“ok!” Winda.
Raka pun pergi kekelasnya.
“ternyata dia jemput Inez buat ketemu gue? Ya ampun! Bahagianyaaa....” kata Winda sambil tersenyum.
“kenapa loe senyum-senyum? Sarap!” Yudha.
“apa sih loe? Orang lagi seneng juga ah!” Winda.
“kenapa? Ko seneng?” Tanya Yudha.
“apa loe nanya-nanya?” bentak Winda.
“ko loe yang bentak-bentak gue?” Yudha.
“giliran! Wleeee!” Winda melet sambil lari.
“kurang ajar! Sini loe jangan lari!” Yudha mengejar Winda.
“apa ha? Yudha jelek!” Winda.
“apa loe bilang? Yudha jelek? Awas ya loe!” Yudha.
Pas Yudha lari cewek-cewek pada ngejar dia juga...
“ya ampun Yudha!!! Dia cakep banget!” kata salah satu cewe yang liat dia lari.
“iya loh! Kita liat yuk! Dia cakep banget!” salah satu cewe lainnya.
“oh my god! Dia cakep banget!” cewek lainnya.
Yudha pun dicegat sama gerombolan cewek-cewek itu.
“ihh ihh! Kenapa kalian?” Yudha.
“ya ampun! Yudha cakep banget ya?!” cewek.
“iya loh! Cakepnya!” salah satu cewe lain mencubit pipi Yudha.
“apaan sih? Jangan cubit-cubit woy! Nanti pipi gue rusak lagi!” Yudha.
“ihh Yudha imut deh! Mau ga jadi cowokku?” salah satu cewe.
“ga ya. Aku ga suka ama kamu. Aku suka ama cewe lain. Bukan kamu... maaf ya..” Yudha.
“Yudha ko gitu sih? Ya udah deh aku nanti daftar aja ya...”
“apaan sih loe? Aduhhh” Yudha.
Yudha pun lari dari kerumunan cewe-cewe itu.
“Windaaaaa... tungguin gue!” Yudha.
“ga mauuu...” Winda.
Dengan cepat Yudha dapat mengejar Winda.
“nah dapet!” kata Yudha sambil megang tangan Winda.
“Yudha!” teriak Winda.
Bukannya Yudha lepasin tangan Winda, Yudha malah gendong Winda sambil diputer-puter gitu.
“Yudha! Udah eh! Malu tau! Nanti aku dikira pacarmu, turunin eh!” pinta Winda.
“ga mau! Aku ga peduli. Mau orang bilang apa aja! Ini nih hukumannya udah ga mau kasi tau Yudha alasan kamu senyum-senyum tadi! Hehehe” Yudha.
“Yudha, serius ya. Turunin ga?!” Winda.
“ga.” Yudha.
“aku bakalan lakuin apapun asal kamu turunin aku. Udah diliatin anak-anak lain tuh!” Winda.
“serius?” Yudha.
“serius!” Winda.
“ya udah...” kata Yudha sambil nurunin Winda.
“iiihhh! Kamu ini ya!” kata Winda sambil pukul jidatnya Yudha.
“heh! Dasar!” Yudha.
“apa ha? Mau apa?” Winda.
“aku mau kamu cium aku... nihhh...” Yudha menyodorkan pipinya.
“ha?” Winda terkejut.
“ga lah! Mana mau dicium am aloe? Hello!” Yudha.
“sialan! Yudha!” Winda.
Tanpa Winda sadari ternyata Raka liat mereka dari kejauhan.
“Winda asal loe tau ya gue tuh sebenernya suka ama loe dari sejak gue ketemu sama loe. Tapi kenapa harus ada Yudha sih? Gue tuh suka am aloe!” Raka.
Malangnya, Winda ga liat Raka. Jadi Winda ga tau betapa hancurnya hatinya Raka liat mereka berdua.
***
“wuuuu 2 menit lagi! Yay!” kata Winda.
‘kriiiingggggg’ bel berbunyi.
“uhu! Yea man! Akhirnya selesai juga.” Winda.
Winda cepat-cepat mengemasi buku-bukunya dan siap berlari, tapi tangannya dipegang Yudha.
“apa?” Winda.
“mau kemana loe?” Yudha.
“mau extra! Aduhhh lepas. Gue cepet-cepet nih!” Winda.
“gue ikut ya?” Yudha.
“ga!” Winda.
“Winda...” kata Yudha sambil memasang muka memelasnya.
“sorry ya. Muka loe ga mempan! Sana pulang!” Winda.
“apa? Aduhh ayo lah! Loe ko jahat gitu sih?” Yudha.
“biarin! Gue ga peduli! Lepasin ga?” Winda.
“ya udah! Terserah loe! Gue pulang aja!” bentak Yudha.
“pulang aja sana!” Winda.
Tanpa basa-basi Yudha langsung ninggalin Winda.
“weesss anak itu langsung pulang ya? Hahahaha bagus deh! Extra! Huhuy!” Winda.
Winda pun lari keruang music. Sesampainya disana dia bahagia banget. Raka ternyata udah ada.
“Rakaaa...” Winda.
“hi Win...” katanya lesu.
Tiba-tiba ada cewe yang dateng dari sebelah pintu. Cewenya cantik rambutnya panjang, kulitnya putih, bersih, girly.
“hey! Winda ya? Kenalin, gue Lala. Cewenya Raka.” Kata cewe itu sambil julurin tangannya.
“ha? Ohh... kenalin aku Winda.” Kata Winda sambil memasang senyum paksa.
“Win, main yuk?” Raka.
“gad eh. Gue duluan ya. Gue kesini Cuma mau bilang kalo gue ga bisa hari ini. Tadi nyokap gue telephone, katanya gue harus pulang. Jadi gue ga bisa extra hari ini. Gue duluan ya...” bohong Winda.
“jadi loe dateng kesini buat bilang itu aja?” Raka.
“tapi, gue mau ngasi loe...” Lala belum selesai menyelesaikan kalimatnya Winda udah lari duluan.
Winda lari keluar pas lagi hujan lebat banget. Dia tetep aja jalan keluar sekolah meski hujan. Baru aja nyampe gerbang badannya udah basah kuyup.
“Raka... loe tega banget ama gue! Gue tuh suka am aloe! Tapi loe udah punya cewe?! Sial!” Teriak Winda di jalan.
Beberapa menit kemudian ada seseorang datang langsung meluk Winda. Winda mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang memeluk dia.
“Yudha...” kata Winda dengan nada rendah.
“hmm aku aku bilang? Dari tadi diajakin pulang juga ah! Malah ga mau. Kualat kan?” canda Yudha.
“Yudha!” tangis Winda sambil berontak dari pelukan yudha.
Bukannya Yudha lepas pelukkannya malah makin erat dia melukknya.
“kamu mau nangis eh? Nangis aja dulu sepuasnya. Aku bakalan jagain kamu nangis. Ok?” Yudha.
“haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!! Yudhaaaaaaaa... gue keseeeeelll!!” tangis Winda sambil peluk Yudha.
Hujan makin lebat aja. Tapi semuanya masih berlanjut. Winda masih belum puas nangis. (so sweet)
Beberapa menit kemudian.
“pulang yuk...” Winda.
“udah selesai nih nangis?” Yudha.
“udah. Ayo pulang!” bentak Winda.
“iya, iya...” Yudha.
***
Sesampainya dirumah Winda.
“bye Winda... baik-baik ya. Jangan nangis lagi...” Yudha.
“makasi ya Yud. Hehehe” Winda.
“ternyata masih bisa hehehehe anak ini. Sana ganti baju! Nanti sakit loh!” yudha.
“iya, iya. Kamu juga tuh! Awas ya nanti sakit.” Winda.
“gue ga bakalan ya..” Yudha,
“hmmm terserah! Udah dulu ya. Bye...” Winda.
Yudha pun pulang.
“ya ampun! Anak mama ko basah kuyup gini?” Mama.
“iya. Aduhh ma udah ah. Males, aku mau tidur.” Winda.
“ga makan? Oh ya, tadi pulang ama siapa?” Mama.
“ga ah. Yudha ma, kenapa?” Winda.
“bagus deh. Sana tidur.” Mama.
“mama aneh!” Winda.
Winda ganti baju terus tidur.
Beberapa menit kemudian.
“ko gue merinding gini sih?” Tanya Winda kepada dirinya sendiri.
Winda pun tidur lagi. Saat dia terbangun sudah ada Yudha di kamarnya.
“waaaa!!! Ngapain loe disini?” teriak Winda.
“loe Tanya mama loe gi! Gue disuruh jagain loe soalnya mama loe pergi ama mama gue.” Jelas Yudha.
“apa?! Aduhhh mama tuh ya! Sarap!” gerutu Winda.
“muka loe ko pucet gitu? Sini deh kepala loe...” Yudha.
“apa? Ha? Ga mau! Loe mau ngapain ha?” Winda.
“ga usah negative thinking deh! Sini!” kata Yudha sambil meletakkan tangannya di jidat Winda. “loe demam ya? Ko badan loe panas gini sih?” tanyanya.
“ha? Masa sih? Ga kali...” Winda.
“gue ga mau tau. Pokoknya sekarang ke dokter!” bentaknya.
“ga!” Winda.
“ayooo!!” Yudha.
“ga mau! Gue ga sakit Yud.” Winda.
“banyak omong loe!” katanya sambil menggendong Winda.
“Yudha! Turunin gue. Gue ga mau!” Winda.
“kalo ga diem gue cium loh! Mau?” Yudha.
Winda langsung terdiam.
bersambbung...